Selasa, 10 April 2012


“TRAGEDI CALON PENGANTIN”
" Ria, Kasihan banget deh lihat Resti"
"Kenapa Mil?"
"Resti gak jadi nikah lho, padahal besok tanggal 12 April 2012 kan akad  nikahnya. trus, Tanggal 14& 15 April 2012 resepsinya..."
"Ah, yang bener lho... kok bisa gak jadi?" balasku dengan penuh tanda tanya
"Yach... ni anak, katanya loe temennya. Masa’ sampai gak tau perkembangan temen loe sendiri sih... ?”
“ih, beneran... gue gak tau. Resti gak ada nelp gue”
“hm... calon suaminya kan meninggal..."
“jangan main-main loe ma umur orang mil... tu nyumpahin namanya” sahut ku dengan penuh kekesalan.
“bener Ria..., calon suaminya kan meninggal...""
Inna lillahi wa Inna ilaihi raji'un... meninggal kenapa?"
"Kecelakaan bu'... jadi, ceritanya hari sabtu itu, calon suaminya berangkat dari dumai naik motornya mau ke Taluk Kuantan. Eh, gak taunya tabrakan... gimana kronologis tabrakannya sih, gue gak tau persis Ria... tapi, kabarnya sih waktu dibawa ke rumah sakit dah dalam keadaan kritis. Malamnya ternyata dah gak ada lagi" ungkap mila mencoba menjelaskan kejadian kecelakaan tersebut.
Seketika badanku bergetar lemas, keringat dinginpun mengalir memenuhi tubuhku saat mendengar kejadian itu. Bayangan kesedihan yang kini sedang dialami Resti bermain dibenakku. Sungguh tak terbayangkan olehku, bagaimana Resti harus menghadapi ini semua. Sungguh begitu mudahnya Allah merubah kebahagiaan menjadi sebuah duka nestapa yang tak terperi.
Masih terbayang olehku pancaran kegembiraan dari wajah cantik Resti beberapa minggu yang lalu saat kami berkumpul bersama mencoba merancang Undangan pernikahan yang akan segera ia jelang bersama Roby lelaki Ganteng yang rendah hati, lembut namun tegas yang begitu ia cintai. Meskipun belum sampai setahun mereka bersama untuk mencoba saling memahami keinginan masing-masing. Tetapi roby, tidak pernah main-main dengan niatnya untuk menikah dengan Resti.
Ya, Roby. Sosok lelaki itu, tentu saja mampu meyakinkan Resti yang memiliki type tidak mudah tu’ jatuh cInta. Karna Roby tidak seperti laki-laki lain yang awal ketemu beraninya cuma berkomitmen pacaran. Tidak hanya itu, Roby juga tidak pernah goyah dengan godaan wanita lain yang mencoba masuk kedalam hubungan mereka. Meskipun ia tau, wanita itu jauh lebih baik dari Resti baik dari tingkat pendidikannya dan juga pekerjaannya. Baginya, kepribadian Resti, sudah cukup menjadi modal untuk beribadah dalam menyempurnakan separuh diennya. Roby hanya ingin dari rahim Restilah terlahir keturunannya kelak.
Sungguh, suatu kenyataan pahit yang tak terperi yang kini harus dihadapi Resti. Betapa tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Kegembiraan yang sudah sekian lama diimpikan. Kini hanya tinggal kenangan pahit yang entah kapan kan terobati... sungguh, tak ada yang mampu mengobati luka itu selain hanya waktu. Yah, hanya waktu yang dapat membalut luka itu.
Terpekur ku dalam sujud panjang di tengah malam hening, Isakku tumpah memenuhi sajadah yang menjadi saksi, betapa telah banyak airmata yang tertumpah dikala Allah mengujiku dengan semua kisah pahit yang juga baru ku alami... Sebuah Kisah yang tak berujung. Kisah yang sempat membuatku merasa tak berharga dalam hidup. Astaghfirullah hal ‘adzim... ampunilah hamba ya Rabb... sungguh hamba malu kepada-Mu ya Rabb... ternyata, ujian yang engkau berikan, belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ujian yang kini dihadapi Resti. Sungguh hamba malu kepada-Mu ya Rabb..
“Teruntuk Resti temanku : yang sabar ya sayang... Semoga Allah menaikkan derajatmu dan memberikan ganti yang jauh Lebih baik. Amin ya Rabb..”
Nb. Ini adalah kisah nyata dengan sedikit perubahan disana sini

Minggu, 08 April 2012

Kisah Tak Berujung!!!


KISAH TAK BERUJUNG!!

"Ria, mama mengundang Ria silaturrahim ke rumah"
hanya itu kata indah terakhir yang kau ucapkan untukku, saat kemudian semua keindahan itu perlahan demi perlahan memudar, bertukar rasa sakit dan perih dihati.

Semua bayangan indah pernikahan yang telah kita rencanakan, sirna entah kemana, terbang bersama separuh semangat hidupku yang ikut terbawa bersama rasa terabaikan yang kini kau berikan untukku tanpa sebab yang tak pasti.

"Dingin" hanya itu yang dapat kusimpulkan dari sikap wanita mulia itu. wanita yang telah melahirkan laki-laki yang kucintai. wanita yang pernah kuharap kelak kan menjadi mamaku juga.

Termenung ku disepanjang perjalanan sepulang pertemuan dirumahmu itu.
Terpekur ku dihadapan-Nya yang Maha Kuasa saat selesai melaksanakan shalat maghrib di Mesjid.

"Bang, gimana tanggapan mama terhadap ria kemaren?" tanyaku bersikap seolah-olah tidak memperhatikan sikap mamanya kemaren.
"ria bisa lihat sendirikan?" jawabnya.
"trus, kita gimana?" tanyaku penuh harap
"hah... sepertinya berat" jawabmu seolah melepas beban didada.

Berbagai perasaan hadir memenuhi rongga hatiku saat itu. kecewa, sedih, putus asa, berkecamuk dalam benakku. hah.... ingin rasanya aku teriak sekeras-kerasnya agar beban dihatiku dapat sedikit berkurang. 

Ya Rabb... begitu susahkah melangkah menuju sebuah mahligai pernikahan?
begitu beratkah ujian yang harus dilewati demi sebuah pernikahan?
mengapa? mengapa teman-temanku seolah begitu ringan melangkah menuju sebuah pernikahan bersama orang yang mereka cintai?

hamba datang kepadamu ya Rabb... hamba datang dengan penuh keinsyafan di malam-malammu yang sunyi senyap ini. Hamba datang dengan penuh harap akan Kau bukakan jalan dari semua permasalahan ini.  

Kuisi malam-malam ku dengan penuh Munajat kepada-MU... Rabb semesta Alam..
Rabb yang telah menciptakanku. Rabb yang jiwaku berada ditangan-Nya. Rabb yang maha pembolak balik hati hamba-Nya. Mohon berikanlah kepastian dari kisah yang tak berujung ini. berikanlah yang terbaik ya Rabb...

"hanya engkau yang tau penghujung dari kisah ini"